Jumat, 27 November 2015

Anatomi Hidung

     Hidung adalah organ pelindung tubuh terhadap suasana lingkungan yang tidak menguntungkan. Hidung terdiri dari hidung luar dan hidung dalam. Hidung luar menonjol pada garis tengah antara pipi dengan bibir atas, hidung luar dibedakan menjadi 3 bagian yaitu, paling atas kubah tulang yang tak dapat digerakkan, dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan.
     Bagian puncak hidung disebut apeks. Agak ke atas dan belakang dari apeks disebut batang hidung (dorsum nasi), yang berlanjut ke pangkal hidung dan menyatu dengan dahi. Kolumela membranosa dimulai dari apeks, yaitu di posterior bagian tengah pinggir dan terletak sebelah distal dari kartilago septum. Pertemuan kolumela dengan bibir atas disebut dengan dasar hidung. Pada bagian ini bibir atas membentuk cekungan dangkal dan memanjang dari atas ke bawah yang disebut filtrum. Sebelah kolumela adalah nares anterior atau nostril (lubang hidung) kanan dan kiri, sebelah latero-superior dibatasi oleh ala nasi dan sebelah inferior oleh dasar hidung.
     Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan kartilago yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan otot-otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os internum disebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring.
Rongga hidung berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Lubang masuk kavum nasi anterior disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.
     Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat dibelakang nares anterior disebut dengan vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang banyak kelenjar sebasea dan rambut yang disebut dengan vibrise.
     Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior, dan superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum nasi dibentuk oleh tulang dan kartilago, dinding lateral terdapat konka superior, konka media, dan konka inferior. Yang terbesar adalah konka inferior. Konka terkecil adalah konka suprema dan konka suprema biasanya rudimenter (perkembangan tidak sempurna). Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior, dan suprema merupakan bagian dari labirin ethmoid. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung disebut meatus inferior, berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut meatus media, dan sebelah atas konka media disebut meatus superior.
     Meatus medius adalah meatus paling luas yang terdapat muara dari sinus maksila, sinus frontal dan bagian anterior sinus etmoid. Dibalik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulan sabit yang dikenal dengan infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit menghubungkan meatus medius dengan infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal dengan prosesus unsinatus.

      Pada bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri dari sinus maksila, etmoid, frontalis, dan spenoid. Sinus maksila merupakan sinus paranasal terbesar yang berbentuk seperti piramid ireguler dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya kearah apek prosesus zigomatikus os maksila.  

Perdarahan Hidung
     Perdarahan hidung berasal dari 3 sumber utama yaitu:
1. Arteri etmoidalis anterior 
2. Arteri etmoidalis posterior cabang dari arteri oftalmika
3. Arteri sfenotalamika, cabang terminal arteri maksilaris interna yang berasal dari arteri karotis eksterna. 
     Bagian bawah rongga hidung mendapat perdarahan dari cabang arteri maksilaris interna, diantaranya adalah ujung arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama nervus sfenopalatina dan memasuki rongga hidung dibelakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat pendarahan daro cabang-cabang arteri fasialis.
     Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang arteri sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri palatina mayor, yang disebut pleksus kiesselbach (little's area). Pleksus kiesselbach letaknya superficialis dan mudah cedera sehingga menjadi sumber epistaksis.
     Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya. Vena divestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke vena oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus.

Persarafan Hidung
     Bagian depan dan rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari nervus etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris, yang berasal dari cabang oftalmikus dan cabang maksilaris nervus trigeminus. Cabgn pertama nervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus memberikan cabang nervus nasosiliaris yang kemudian bercabang lagi menjadi nervus etmoidalis anterior dan etmoidalis posterior dan nervus infratroklearis. Nervus etmoidalis anterior berjalan melewati lamina kribrosa bagian anterior dan memasuki hidung bersama arteri etmoidalis anterior melalui foramen atmoidalis anterior dan disini terbagi lagi menjadi cabang nasalis internus medial dan lateral. rongga hidung lainnya sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari nervus maksila melalui ganglion sfenopalatinum. Ganglion sfenopalatina, selain memberi persarafan sensoris, juga memberika persarafan vasomotor atau ototnom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima serabut sensoris dari nervus maksila. Serabut parasimpatis dari nervus petrosus profundus. Ganglion sfenopalatinum terletak dibelakang dan sedikit diatas ujung posterior kaonka media.
     Nervus olfaktorius turun melalui lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.

Rabu, 25 November 2015

Anatomi Telinga

Telinga adalah organ yang berfungsi untuk mendeteksi suara dan berperan penting dalam proses keseimbangan. Telinga memiliki 3 bagian yaitu:

1. Telinga Luar

         Terdiri dari daun telinga (aurikula) dan liang telinga. Daun telinga terdiri dari tulang rawan (kartilago) yang dibungkus oleh kulit. Fungsi dari daun telinga adalah mengumpulkan, menentukan arah, dan menyalurkan suara ke dalam liang telinga. Liang telinga atau meatus auditorius eksterna adalah saluran di dalam telinga yang berfungsi menyalurkan suara ke gendang telinga yang berbentuk seperti huruf "S". Fungsi utama bentuk huruf "S" ini adalah untuk menjaga kelembaban dan mencegah gendang telinga terkena trauma secara langsung.

2. Telinga Tengah
       Telinga tengah adalah suatu rongga yang berisi udara yang terdapat di dalam os temporal. Telinga tengah terdiri dari:
- Membran timpani (gendang telinga), adalah perbatasan antara telinga luar dan telinga tengah, berbentuk kerucut dilapisi kulit pada permukaan luarnya dan dilapisi mukosa pada bagian dalamnya. Membran timpani memiliki ketegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk menghantarkan gelombang suara secara mekanis.
Membran timpani mempunyai 2 bagian, yaitu pars flaksida dan pars tensa.
Pars flaksida adalah bagian atas membran timpani yang pada bagian luarnya adalah lanjutan epitel telinga dan bagian dalamnya adalah epitel kubus bersilia. Pada pars flaksida terdapat bagian yang disebut atik. Di tempat ini terdapat auditus ad antrum berupa lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.
Pars tensa adalah bagian membran timpani bawah yang pada bagian tengahnya terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin. Pada pars tensa terdapat bayangan penonjolan bagian bawah maleus yang disebut dengan "umbo". Dari umbo berasal refleks cahaya (cone of light) ke arah jam 5 pada telinga kanan dan ke arah jam 7 pada telinga kiri. Pada membran timpani terdapat 2 serat yaitu serat sirkuler dan serat radier. Serabut inilah yang mengakibatkan adanya refleks cahaya. Kelainan pada posisi cone of light dapat dicurigai terdapat gangguan pada tuba eustachius.
Membran timpani terbagi menjadi 4 kuadran, kuadran ini digunakan untuk menentukan letak perforasi membran. Yaitu kuadran atas depan dan belakang, serta kuadran bawah depan dan belakang.
- Tulang pendengaran, yang terdiri dari 3 tulang yaitu maleus (martil), inkus (anvill), dan Stapes (sanggurdi). Tulang-tulang pendengaran ini berfungsi sebagai penghantar getaran sekaligus amplifikasi suara dari membran timpani ke fenesta vestibuli.
- Otot telinga tengah, berfungsi untuk membantu mekanisme kompensasi tubuh untuk melawan suara dengan nada tinggi (peredam bunyi). Terdiri dari 2 otot yaitu m.stapedius yang jika berkontraksi stapes menjadi kaku yang membuat suara dipantulkan kembali, serta m.tensor timpani yang berfungsi untuk menegangkan gendang telinga sehingga meredam suara.
 - Tuba eustachius, yang menghubungkan telinga tengah dengan faring, pada keadaan normal tuba ini tertutup dan akan terbuka saat menelan, mengunyah, dan menguap. Fungsi tuba ini adalah penyeimbang antara tekanan kedua sisi membran timpani. Apabila tuba terbuka maka suara akan teredam.

3. Telinga Dalam
    Telinga dalam berisi cairan dan terletak di dalam tulang temporal. Telinga dalam terdiri dari:
- Labirin. Terdapat 2 labirin, yaitu labirin tulang dan labirin membranosa
    a. Labirin tulang, merupakan ruang berliku yang berisi cairan perilimfe (serupa dengan cairan serebrospinal).
Labirin tulang terdiri atas 3 bagian yaitu kanalis semisirkularis, vestibular, dan koklea.
    b. Labirin memranosa, yaitu serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak di dalam labirin tulang yang berisi cairan endolimfe (serupa cairan intraseluler). Merupakan awal 2 kantong (utrikulus dan sakulus) yang dihubungkan dengan duktus endolimfe. Setiap duktus mengandung reseptor untuk euilibrum statis dan akuilibrum dinamis
Utrikulus terhubung dengan duktus semilunaris sedangkan sakulus terhubung dengan duktus koklearis di dalam koklea.
-Nervus. Terdapat 2 nervis pada telinga dalam, yaitu nervus vestibular yang bertanggung jawab menghantarkan reseptor keseimbangan, dan nervus koklearis yang bertanggung jawab menghantarkan gelombang suara.


Selasa, 24 November 2015

Tujuan

Website ini bertujuan untuk menambah wawasan penulis maupun pengunjung web ini dibidang kedokteran Telinga Hidung dan Tenggorok